Being the SALT

Ada sebuah kisah tentang seorang koki yang luar biasa. Hampir semua masakan, baik masakan Asia, Eropa, maupun Indonesia, mampu dibuatnya. Maklumlah dia bekerja di sebuah hotel dan restoran bertaraf internasional selama 40 tahun. 

Setelah ia pensiun, ia menyalurkan hobinya dengan sering mengundang rekan-rekannya untuk makan bersama. Malam itu hanya ada satu macam masakan yang tersaji di atas meja makan, tetapi terdiri atas lebih dari sepuluh jenis sayuran yang sudah dipotong-potong serta belasan jenis daging dan ikan. 

Setelah berdoa teman-temannya langsung menyerbu hidangan tersebut. Mengambil beberapa macam sayur, daging, ikan dan kuah yang tersedia. Namun ketika teman-temannya mencicipi masakan tersebut, semuanya terasa hambar.Teman-temannya saling perpandangan, lalu dengan senyum penuh arti koki itu berkata:"Kalian tidak merasakan apa-apa bukan? apapun makanannya, sekomplit apapun, tetap tanpa arti kalau belum memakai garam."Kemudian dengan tenang koki tersebut memasukkan beberapa sendok garam ke dalam kuah itu dan mengaduknya. Dan benar, masakan itu menjadi sangat sedap!

Itulah fungsi GARAM. Memberi cita rasa yang enak pada masakan, dan dapat pula dipakai sebagai pengawet makanan. Bagaimanakah dengan kita? Sudahkah kita menjadi "GARAM" bagi orang lain? Sudahkah kita menjadi "GARAM" yang memberi arti bagi kehidupan orang lain? 

Yuk mari kita intropeksi diri kita masing-masing...!! 

"Being rejected from something good just means you were being pointed toward something better. So, do the best"

0 komentar:

Posting Komentar